Friday, April 30, 2010

Randy, Petualang Onthel Sejati



MELIHAT  perawakan Randi, pria berkulit gelap, dengan rambut panjang terurai dan mulai memutih serta bagian gigi depannya terlihat ompong, tak akan susah untuk menebak usia pria ini.
Penampakan fisiknya memang menunjukkan usianya yang hampir menginjak setengah abad. Tetapi mana sangka, meski saat ini usianya 47 tahun, namun fisiknya boleh dikatakan masih kuat dibandingkan orang-orang seusianya.
Bagamana tidak, hingga usianya kini Randi tetap eksis melakukan perjalanan bersepeda, dari kota ke kota menggunakan sepeda onthel kesayangannya.
Kecintaan terhadap sepeda onthel atau sepeda tua telah ia lakoni sejak duduk di bangku sekolah menangah pertama. Pria kelahiran Sleman, Yogyakarta, ini menggunakan sepeda onthel untuk perjalanan ke sekolah yang berjarak lima kilometer dari rumahnya di Cangkringan.
"Dulu waktu SMP setiap hari naik sepeda onthel lima kilometer selama tiga tahun. STM naik onthel dari Cangkringan sampai Pakem tiap hari sepuluh kilometer,' ujarnya.
Kebiasaan bersepeda inilah yang akhirnya mengilhami bapak tiga anak ini melakukan petualangan perjalanan bersepeda menjelajahi kota-kota di Indonesia. Perjalanan panjang Randi dengan sepeda onthel yang pertama kali ia lakukan saat lulus dari STM. saat itu ia bernadar, jika lulus STM akan bersepeda ke Jakarta.
Ternyata Tuhan mengabulkan keinginannya. Randi lulus dari STM. Ia bersama dua temannya kemudian melakukan perjalanan bersepeda ke Jakarta tahun 1986. Tak berhenti di situ, Randi kembali melakukan perjalanan bersepeda onthel. Kali ini adalah perjalanan terbesarnya. Bagaimana tidak, di tahun 1988 ia mengelilingi Indonesia sendirian selama tiga tahun empat bulan.
"Tiga puluh Oktober tahun delapan delapan, jam sepuluh lebih tiga belas menit, hujan turun rintik-rintik, saya dilepas oleh Kasospol gubernuran Yogyakarta yang kantornya di Kepatihan," ujarnya.
Perjalanan selama tiga tahun empat bulan ini bukan tanpa getir. Pernah di Bulan Juni 1989 saat perjalanan bersepedanya tiba di Banda Neira, ia mengaku kehabisan bekal. "Uang saya saat itu tinggal Rp 1.700 di Banda Neira. Dari Banda Neira saya ke Ambon berharap mendapat bantuan di sana, tapi ternyata tidak. Selama empat hari saya tidak makan. Sampai akhirnya bertemu orang Jawa dari Surabaya. Baru dia kasih bantuan dan saya bisa makan. Saya masih ingat, namanya Pak Kasdi," ujarnya.
Perjalanan keliling Indonesia ini pula yang kemudian memperkenalkan dirinya dengan Eka Astuti, perempuan yang juga melakukan perjalanan keliling Indonesia. Bedanya Ia keliling dengan jalan kaki. Kesamaan hobi berpetualang akhirnya mempertautkan hati mereka saat bertemu di sebuah kesempatan di Yogyakarta pada tahun 1990.
Eka Astutilah yang saat ini tetap setia mendampingi hidupnya dan menjadi ibu dari tiga anaknya. Setelah menikah dengan Eka, Randi memutuskan untuk tinggal di Jakarta. Meski begitu, perjalanan ke beberapa kota hingga saat ini tetap ia lakukan dengan sepeda onthel Fongers buatan Inggris kesayangannya.
Terakhir sebelum bergabung dengan Tim Ekspedisi 200 Tahun Jalan Pos, Anyer Panarukan, ia sempat bersepeda dengan ke lima temannya dari Komunitas Ontel Batavia (KOBA) ke Semarang. "Baru minggu lalu saya pulang bersepeda dari Semarang," ujarnya.
Meski dalam ekspedisi ini ia tidak di temani sepeda onthel kesayangannya, namun tekatnya untuk finish di Panarukan sungguh besar. "Biar di belakang terus enggak papa yang penting bisa finish sampai Panarukan," ujarnya.
http://www.kompas.com/lipsus/daendels_read/2008/08/17/11280134/randy.petualang.onthel.sejati...

No comments:

Post a Comment